Boneka Seks Muda Payudara Kecil 158cm
Properti | Kepala Silikon + Transplantasi Rambut + Tubuh TPE dengan Kerangka | Warna kulit | Alami/Kulit kecokelatan/Hitam |
Tinggi | Tinggi 158 cm | Bahan | Kepala Silikon + Transplantasi Rambut + Tubuh TPE dengan Kerangka |
Tinggi (Tanpa Kepala) | Tinggi 143 cm | Pinggang | 56 cm |
Dada Bagian Atas | 80cm | Panggul | 83 cm |
Payudara Bawah | 67 cm | Bahu | 32 cm |
Lengan | 50cm | Kaki | 83 cm |
Kedalaman vagina | 18 cm | Kedalaman anus | 15 cm |
Kedalaman lisan | 12 cm | Tangan | 16 cm |
Berat Bersih | 33kg | Kaki | 21 cm |
Berat Kotor | 42 kg | Ukuran karton | Ukuran 148*40*30cm |
Aplikasi:Populer digunakan di Medis/Model/Pendidikan Seks/Toko Dewasa |
Banyak boneka dewasa di gudang AS, Jerman, dan Belgia, pengiriman cepat!
Judul: Kontroversi seputar “Boneka Seks Dada Rata”
Pendahuluan: Munculnya teknologi telah membawa kemajuan signifikan di berbagai bidang, termasuk penciptaan boneka seks yang tampak seperti manusia. Boneka-boneka ini dirancang untuk memenuhi hasrat dan fantasi intim. Namun, satu jenis boneka seks tertentu yang telah menimbulkan kontroversi adalah "boneka seks berdada rata". Esai ini bertujuan untuk mengeksplorasi masalah etika seputar boneka-boneka ini dan menjelaskan implikasi yang lebih luas yang mereka miliki terhadap masyarakat.
Tubuh: Boneka seks berdada rata menimbulkan pertanyaan tentang standar kecantikan masyarakat dan objektifikasi. Kritikus berpendapat bahwa boneka-boneka ini melanggengkan ekspektasi tubuh yang tidak realistis dengan mempromosikan tipe tubuh tertentu sebagai sesuatu yang diinginkan. Mereka berpendapat bahwa boneka-boneka tersebut berkontribusi terhadap body shaming dan dapat berdampak negatif pada harga diri individu, khususnya mereka yang tidak sesuai dengan norma kecantikan konvensional.
Lebih jauh, para penentang mengklaim bahwa boneka-boneka ini mengobjektifikasi wanita dengan mereduksi mereka menjadi sekadar objek seksual. Dengan menciptakan pasar untuk boneka seks berdada rata, masyarakat berisiko merendahkan martabat wanita dan memperkuat stereotip gender yang merugikan.
Di sisi lain, para pendukung berpendapat bahwa boneka-boneka ini menyediakan tempat bagi individu dengan preferensi atau fetish yang unik. Mereka berpendapat bahwa selama hal itu melibatkan orang dewasa yang saling setuju, seharusnya tidak ada penilaian moral yang terkait dengan pilihan mereka.
Kesimpulan: Sebagai kesimpulan, perdebatan seputar boneka seks berdada rata itu rumit dan beraneka ragam. Sementara beberapa pihak menentang keberadaan boneka itu karena khawatir akan melestarikan standar kecantikan yang tidak realistis dan menjadikan perempuan sebagai objek, pihak lain membela boneka itu sebagai pilihan pribadi dalam hubungan orang dewasa yang saling setuju. Sangat penting bagi masyarakat untuk terlibat dalam dialog terbuka mengenai isu-isu ini sambil mempertimbangkan kebebasan individu dan tanggung jawab kolektif untuk mempromosikan sikap yang sehat terhadap seksualitas dan citra tubuh.